Daripada meratapi nasib, lebih baik kita
belajar tentang hujan. Mengapa sih hujan bisa terjadi? Apakah ada yang naruh
kran di atas langit dan membukanya pada musim hujan. Ataukah bagaimana?
Di bumi yang kita pijak kan banyak
terdapat sumber air seperti samudera, laut, danau, sungai, sumur, hingga air di
ember cucian ibu kita. Bagaimana dengan tetes air mata kita, apakah termasuk
sumber air? Tanyakanlah pada rumput yang berdansa.
Air yang ada di bumi kita ya mutar-muter saja seperti itu. Meskipun mutar muter, air tidak pusing apalagi mengeluh.
sumber gambar: pmm.nasa.gov
Nah, air tersebut mengalamai evaporasi atau
menguap saat musim panas dan menjadi uap air. Uap-uap air yang tidak terlihat tersebut
menguap hingga atmosfer. Kemudian terus menguap dan terbawa angin hinga ke
atas. Karena suhu yang lebih dingin saat di atas, uap-uap air tersebut
mengalami kondensasi atau pengembunan dan terbentuklah awan. Jika jumlah uap
air yang naik sangat besar dan proses kodensasi berlangsung cepat maka terjadilah
hujan.
Kurang lebih seperti itu terjadinya
hujan.
“Ada yang percaya bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa
didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung rindu yang bisa
meresonansi ingatan masa lalu.” -Yoana Dianika, Hujan punya cerita tentang kita-
Sumber: Ardley, Neil et al. 2001. Infinity's Encyclopaedia of Science. New Delhi: Infinity Books.
barangkali saat mata berlinang air mata membasahi pipi, teringat akan kenangan masa lalu, baik itu canda, tawa, cinta, pengorbanan, luka, duka, bahkan benci sekalipun. semua jadi satu, maka tak terasa menitikan air mata. jadi jawabannya mungkin bukan sumber air mas, tetapi sumber kenangan yang tersisa di hati.hihihi..
ReplyDelete