Kali ini saya akan memaparkan tentang penulisan academic writing
atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan tulisan ilmiah, misalnya artikel jurnal,
skripsi, prosiding, atau bahkan laporan praktikum. Agak bikin pusing sih. Tapi
tak apalah. Namanya juga sekali-kali.
Tulisan ini adalah interpretasi atas apa yang saya pahami. Hehe... kalo
beda ya wajar.
Dalam tulisan-tulisan ilmiah biasanya tersusun dari beberapa bagian
[1], yaitu:
|
|
Kalo dibahas semua tulisan ini bakal panjang dan marakke mumet, maka hanya
bagian pendahuluan, metode, hasil, dan diskusi saja yang saya bahas. Biasanya
bagian ini yang campur aduk dan ga’ jelas satu sama lain.
Untuk memudahkan, maka saya tentukan bahwa penelitian ini adalah terkait
perjalanan menuju Malioboro. Jadi tujuannya singgah di Malioboro. Hehe...
Malioboro adalah salah satu tujuan yang wajib dikunjungi di Jogjakarta. Bagaimana caranya ke sana? kita adakan penelitiannya yuk.
1. Pendahuluan
Nah, pertanyaan itulah yang perlu kita bahas sebagai latar belakang dan kita letakkan di pendahuluan. Jadi perlu
kita jelaskan dulu Malioboro dan tujuan kita ke sana. Pokoknya pada bagian ini
kita tunjukkan dengan berapi-api dan semangat 45 mengapa kita harus ke
Malioboro. Yakinkan pembaca dengan review serta data fakta yang
meyakinkan.
Kemudian kita tunjukkan juga novelty atau keterbaruan kita terkait
perjalanan menuju Malioboro, misalnya dengan ngesot.
Ngesot ke Malioboro merupakan hal yang baru dan belum pernah
dilakukan orang. Sehingga bisa menjadi langkah alternatif menuju Malioboro dan
metode ini diyakini lebih ramah lingkungan dibandingkan naik motor atau bis. Sehingga
lebih environmental friendly atau greeness. Tentunya ngesot
kita pilih setelah membaca penelitian-penelitian sebelumnya. Ga cuman asal.
Metode biasanya berisi tentang proses atau cara kita ke sana. Misalnya posisi kita di UIN Sunan Kalijaga, maka ada beberapa proses yang bisa kita lakukan. Untuk sampai ke Malioboro yang merupakan tujuan kita, maka ada beberapa jalur. Misalnya melalui Jalan Solo, terus belok kiri setelah Tugu. Cara lain adalah melalui jalan Kusumanegara, setelah titik nol maka belok kanan. Atau melalui jalan tikus, lewat Sapen, kemudian Lempuyangan, Abu Bakar Ali, dan Malioboro.
Okelah, kita tentukan bahwa metode yang kita adaptasi adalah yang terakhir
karena dari penelitian sebelumnya, kita ketahui jalur ini lebih aman dan bukan
merupakan jalan raya. Aman dan relevan untuk proses ngesot menuju
Malioboro. Bisa juga ditambahkan metode lainnya, misalnya apa yang kita siapkan
agar aman selama proses ngesot ke Malioboro. Pokoknya bagian ini terkait
langkah-langkah dan rencana kita untuk mencapai tujuan.
Setelah tahap ini mantap, maka dilakukanlah ngesot dari UIN ke
Malioboro dan rencana-rencana yang lainnya. Selama proses tersebut, catat semua
apa yang terjadi.
Hasil penelitian adalah semua yang kita peroleh dalam proses perjalanan. Makanya tak minta untuk nyatet, karena itu data primer penelitian kita. hehehe...
Misalnya, celana kita robek-robek, hampir di tabrak becak pas di Sapen, hampir terlindas
kereta saat melewati Lempuyangan, ataupun hasil yang lainnya.
Setelah sampai di Malioboro, saatnya kita menuliskan diskusi. Pada bagian
inilah biasanya ditemui kesulitan yang berarti. Hehe... dan banyak orang hanya
menjelaskan ulang proses perjalanan. Pada bagian inilah kita dituntut untuk
menjelaskan apa yang terjadi. Menjelaskan hasil, bukan sekedar menceritakan
prosesnya.
Mudahnya kita cerita kepada teman kita setelah kita nyampe Malioboro
terkait apa yang terjadi. Misalnya bahwa celana kita robek-robek. Kemudian kita
jelaskan celana kita robek-robek karena ngesot dan sesekali harus melewati aspal, karena trotoarnya digunakan untuk jualan, parkir motor atau bahkan mobil.
Sehingga hancurlah celana kita. Mungkin perlu menggunakan celana anti aspal.
Hasil lain yang juga kita jelaskan misalnya terkait hampir ditabrak becak. Hal
ini terjadi, misalnya, dikarenakan saat mbelok kita tidak menyalakan
lampu sein. Emang ngesot ada lampu seinnya? Haha... mungkin itu bisa
direkomendasikan bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan. Begitu juga
saat hampir terlindas kereta. Hal ini hampir terjadi karena kita tidak menaati
rambu-rambu lalu lintas. Mentang-mentang ngesot terus boleh nrabas palang
pintu kereta api.
Atau setelah kita melakukan penelitian ini, kita memberikan pengetahuan
baru bahwa ngesot ternyata proses yang menarik dan environmental
friendly untuk menuju Malioboro, tapi memiliki kelemahan terkait
keamananan. Intinya, di bagian diskusi inilah kita membahas apa yang terjadi.
Nah, apakah anda sudah paham. Kalo belum paham, baca buku di bawah ini ya. Tapi
tolong jangan baca saat ngesot ke Malioboro, karena berbahaya. Itu saja...
Salam ngesot!
Kalo ada yang keliru atau masukan, jangan sungkan-sungkan tulis di kolom komentar ya. hehe... Tur nuwun
[1] Hartley, J.
(2008). Academic writing and publishing: A practical handbook. Abington: Routledge.
No comments