Ada lubang, tapi di mana pinggirnya?

Di suatu sore, saya dan kakak saya disuruh oleh almarhumah Mbah saya untuk membeli sayur tahu santan pedas. Makanan di warung itu terkenal enaknya. Meski hanya sayur tahu, itu merupakan makanan mewah bagi kami. 

Sembari menunggu, saya disuguhi perbincangan hangat dan kocak antara sang penjual dan salah seorang pembeli. Sebuah pertanyaan yang nampak sederhana dilontarkan oleh penjual, “Ono bolongan tapi ora ono pinggire, opo hayo...? (Ada lubang, tapi ga ada pinggirnya, apa coba?)”.

Sang pembeli pun bingung. Sang penjual akhirnya memberikan jawaban, “Jagad (alam raya)”. Kami pun tertawa. Iya ya, di mana pinggirnya.

Jika kue donat masih ada pinggirnya, bagaimana dengan alam ini? Ada ga sih pinggir atau ujungnya? Jadi jangan mau digombali bahwa Anda akan dikejar hingga ujung dunia. 
credit pict: huffingtonpost.com dan www.nasa.gov

Tak pikir-pikir, di mana pinggir atau ujung alam raya ini? Pertanyaan yang sulit. Jika kalian tahu jawabannya, tolong kasih tahu ya. 

Bagi pembaca yang beragama Islam, saat memulai sholat, yang diucapkan pertama kali adalah Allahuakbar (Allah Maha Besar). Sebuah pengakuan bahwa Allah lah yang besar, dan kita sangat sangat sangat kecil. Apakah benar kita itu sangatlah kecil?

Seberapa besarkah rumah kita? Jika kita lihat dari atas dan kita semakin ke atas, maka kita akan tahu ukurannya sangatlah kecil. Yang jelas, jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. Eh, ternyata Indonesia hanyalah sebagian kecil dari bumi kita. Jika dicek lebih lanjut, ternyata ukuran bumi kita jauh lebih kecil dibandingkan matahari. 

Matahari kita berada di sistem tata surya. Dan tata surya kita hanyalah bagian kecil dari galaksi. Dalam galaksi terdapat banyak bintang dan sistem tata suryanya. Matahari hanyalah satu dari berjuta-juta, bahkan lebih, bintang yang ada di  galaksi. Bintang terdekat dengan sistem tata surya kita adalah alfa centauri. Jaraknya kurang lebih 40.233.600.000.000 km [1]. Jauh kan? Hehe... Dan galaksi kita hanyalah bagian kecil dari alam raya ini.

Ukuran matahari pun jauh lebih kecil dibandingkan bintang yang lainnya, seperti Sirrius, Pollux, Aldebaran, Rigel, apalagi dengan Betelgeuse. 

 
Ternyata matahari yang begitu besar, sangatlah kecil dibandingkan bintang kita. Tidak ada apa-apanya. Terus bagaimana dengan kita?
credit pict: spaceplace.nasa.gov

Pertanyaan pun saya ulangi, seberapa besarkah kita? seberapa besarkah ukuran rumah kita? Seberapa pintarkah kita? Ya Allah, kita mau ngaku bahwa kita itu sebesar upil dari alam ini saja sudah berlebihan. Apalagi yang bisa kita sombongkan. Engkau lah yang besar ya Allah, Sang Pencipta alam ini.

[1] Leokum, Arkady., The big book of tell me why, Purlieu Press, New York, 1989

No comments