Minyak Goreng: mak pletok

Isu minyak goreng sudah menjadi hal yang acap kali muncul beberapa bulan terakhir. Kendati harga minyak goreng berangsung turun dan stabil, tetapi masih tetap dianggap mahal, khususnya bagi kalangan bawah. Para mafia yang bermain-main terkait penyebab langkanya sembako yang satu ini masih diuber KPK satu demi satu. Tapi ah sudahlah... saya tidak akan membahas lebih jauh ranah yang bukan bidang saya. hehehe

Terus apa yang akan dibahas kali ini?

Yaps, sesuai dengan judulnya, "Minyak Goreng: Mak Pletok". Maksud dari kalimat tersebut adalah suara-suara yang bermunculan saat menggoreng. Letupan-letupan kecil hingga besar seringkali terjadi saat menggunakan minyak goreng dalam proses menggoreng.

Letupan saat menggoreng menggunakan minyak goreng. Ya iyalah, kalo menggoreng dengan air, itu istilahnya merebus. hihi.. seperti yang disarankan oleh salah seorang Ibu di dalam TV

Apakah yang menjadi penyebabnya? Apakah terdapat dedemit yang terbakar dan merasa panas?

Sungguh tidak ilmiah jawaban di atas. 


Baik. Kemungkinan yang saya lihat adalah adanya air saat kita melakukan penggorengan. Hla, tapi air dan minyak goreng kan tidak dapat bersatu, seperti aku dan kamu. Ketidakbisa bersatunya minyak goreng dan air karena faktor polaritas belaka. Minyak goreng bersifat non polat sedangkan air yang bersifat polar. perbedaan ini menjadikannya tidak bisa bersatu. 


Jika saat menggoreng terdapat air di dalamnya, maka air akan berada di posisi paling bawah. Hal ini dikarenakan air memiliki massa jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng (Baca: Berat mana satu kilogram kapas dan satu kilogram besi? ). Sebagai informasi, massa jenis minyak goreng adalah 0,9 kg per liter. Sedangkan air memiliki massa jenis sekitar 1,0 kg per liter. 

Sebuah postingan di twitter menggambarkan ketidaktahuan salah satu warganet. Dia merasa dirugikan karena minyak goreng 2 L yang dibelinya tidak mencapi 2 kg. Padahal, memang seperti itu kondisinya. Ya sudah, namanya juga tidak tahu. 


Meskipun memiliki massa jenis yang lebih tinggi, air memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan minyak goreng. Titik didih air adalah 100oC pada tekanan 1 atm. Sedangkan minyak goreng ada di kisaran 190oC. Artinya, air akan lebih mudah mendidih dibandingkan dengan minyak goreng. 


Apakah sudah mulai ketemu benang merahnya? 


Baik, kita lanjutkan. Air yang posisinya berada di dasar wajan, akan mencoba bergerak ke atas karena sudah saatnya mendidih. Tapi air mengalami kesulitan karena adanya minyak goreng di atasnya yang masih adem ayem belum mau mendidih. Alhasil, di antara kerumunan minyak goreng, air memaksa keluar atau naik ke atas. Dan, minyak goreng yang terdorong menimbulkan letupan. 


Terus apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi hal ini? Salah satunya adalah memastikan bahwa perangkat masak kita benar-benar kering sebelum melakukan penggorengan. 


Itu saja sementara ini. Terima kasih sudah berkenan mampir di akuingintahu.com



No comments